Bogor, 29 Mei 2025 — Dalam rangka memperkuat kesadaran kesehatan dan kesiapsiagaan darurat di lingkungan pesantren, Pondok Pesantren Nurul Iman, Bogor bekerja sama dengan DPD LDII Kota Bogor menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), bertempat di Masjid Nurul Iman. Acara ini menggandeng narasumber dari Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI), dan diikuti antusias oleh para santriwan dan santriwati pondok.
Para pemateri yang hadir antara lain dr. Yan Ajie, Sp.PK; dr. Elian Devina; Arief Puji, A.Md.Kep; Wildan Fauzan, A.Md.Kep; dan Nurhadi Triatmajaya, A.Md.Kep. Acara juga turut dihadiri dan didukung penuh oleh para pengurus pondok.
Dalam sambutannya, H. Akhyar Risef, pinisepuh Pondok Nurul Iman, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif ini. “Alhamdulillah, FKKI telah membuat terobosan yang luar biasa dalam membina masyarakat melalui pelatihan dan edukasi kesehatan. Kesempatan kali ini sangat berarti bagi para santri, untuk membangun kesadaran hidup sehat dan kemampuan dasar pertolongan medis,” ujarnya.

Sesi sosialisasi PHBS menekankan pentingnya pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama di lingkungan pesantren yang padat aktivitas. Kegiatan ini bertujuan agar para santri menjadi mandiri dalam menjaga kesehatan diri sendiri, serta mampu berperan sebagai agen perubahan kesehatan di masyarakat.
Tujuh indikator PHBS yang diperkenalkan dan disimulasikan kepada para kader Poskestren mencakup:
- Mencuci tangan menggunakan sabun dengan teknik yang benar.
- Mengonsumsi makanan dan minuman sehat serta higienis.
- Menggunakan jamban sehat, untuk mencegah penyebaran penyakit berbasis air.
- Membuang sampah pada tempatnya, sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan.
- Tidak merokok dan menjauhi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif).
- Tidak meludah sembarangan, sebagai langkah pencegahan penyakit menular.
- Memberantas sarang nyamuk, dengan rutin memeriksa dan membersihkan genangan air.
“Kesehatan bukan hanya tanggung jawab petugas medis, tapi menjadi tanggung jawab setiap individu. Santri harus menjadi contoh nyata dalam menerapkan hidup bersih dan sehat,” jelas dr. Elian Devina. Para narasumber menekankan bahwa PHBS bukan hanya teori, tetapi harus menjadi budaya dan karakter para santri sehari-hari.
Dalam sesi praktik, peserta dibekali dengan pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), yakni keterampilan dasar untuk memberikan bantuan awal sebelum tenaga medis tiba. Materi yang disampaikan mencakup teknik mengamankan korban, penanganan luka, pingsan, patah tulang, hingga prosedur evakuasi.
dr. Yan Ajie menjelaskan, “Penolong harus tetap tenang, percaya diri, cekatan, dan memiliki inisiatif. Sikap tersebut penting agar pertolongan yang diberikan efektif dan tidak memperburuk kondisi korban.”
Tak kalah penting, peserta juga mendapatkan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), yaitu prosedur penyelamatan pada korban henti jantung atau henti napas. Tujuan dari BHD antara lain:
- Mengembalikan fungsi jantung dan paru ke kondisi normal melalui resusitasi jantung paru (RJP).
- Menjaga aliran oksigen ke otak dan tubuh, untuk mencegah kerusakan jaringan.
- Memberikan bantuan eksternal darurat, sebagai jembatan menuju penanganan medis lanjutan
Pelatihan dilakukan secara langsung dan interaktif, menggunakan alat peraga dan simulasi, agar para peserta memahami langkah-langkah secara menyeluruh dan terstandar.

Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan program kesehatan komunitas berbasis pesantren yang dicanangkan oleh FKKI dan DPD LDII Kota Bogor. Tujuannya bukan hanya membentuk santri yang sehat jasmani dan rohani, tetapi juga membangun kader-kader muda yang terampil dalam situasi darurat, mampu menjadi penolong pertama, sekaligus penyuluh kesehatan di lingkungannya.
Budi Setiadi Sadikin (Peliput) / Muhammad Ramdan (Fotografer) / Gina Nur Rahma Gustiani (Editor)