Bogor, 26 Agustus 2025 – “Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tua lah yang akan membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim)
Diawali dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh perwakilan santri Nurul Iman, seminar parenting yang penuh makna pun resmi dibuka. Para orang tua hadir bukan sekadar mengikuti seminar, mereka datang membawa hati yang siap belajar bagaimana mendidik generasi di tengah tantangan zaman. Hari itu (24/08), Masjid Nurul Iman, Tanah Sareal, Kota Bogor, menjadi saksi dari komitmen para orang tua, khususnya warga LDII, untuk menjalankan perannya menyokong pertumbuhan anak-anak usia remaja memiliki karakter luhur, bukan hanya cerdas akademik.

(Foto: Istimewa)
Ir. H. Agus Kurniawan, Ayah dari 12 anak, seorang praktisi parenting yang telah membuktikan bahwa mendidik anak dengan cinta, disiplin, dan nilai agama bukan hanya mungkin, tapi bisa luar biasa hasilnya. Mengulik kisah Agus Kurniawan yang pindah dari Pare, Jawa Timur ke Bogor, Jawa Barat pada tahun 1986 untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Sewaktu masih mahasiswa, beliau sudah menikah dan bahkan punya anak. Tapi tekadnya kuat bahwa kuliah harus selesai. Alhamdulillah, beliau berhasil menyelesaikan studi dengan cepat, sambil menjadi suami, ayah, dan calon pendidik generasi emas. Terbukti dari 12 anaknya, kini 11 telah menjadi mubaligh dan mubalighot.
Menurut Agus Kurniawan, mengajarkan Al-Qur’an kepada anak bukan sekadar membaca, tapi membentuk karakter luhur. Ini alasannya:
- Menguatkan keimanan di tengah arus zaman
- Membentuk Akhlaqul Karimah, 29 Karakter Luhur sebagai fondasi hidup
- Menjadi amal jariyah, tambang emas orang tua di akhirat
- Pelindung dari fitnah akhir zaman
- Menjaga kelestarian agama hingga hari kiamat
Yuniga Fernando, S.Pd sebagai moderator, dengan gaya komunikasi yang hangat dan tajam, membimbing sesi diskusi dengan penuh empati. Menggali berbagai ilmu pendidikan dari seorang Agus Kurniawan.
Agus Kurniawan, memberikan resep rahasia mendidik anak dengan melakukan pendekatan kepada mereka sejak dini, “saat anak kecil, bapak boleh dan harus ikut membersihkan poop, kencing, dan memandikan. Itu akan jadi kenangan yang melekat pada anak. Anak akan merasa dekat dengan bapaknya.” Beliau menekankan kehadiran ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tapi sebagai pendidik, sahabat, dan teladan.

Agus Kurniawan juga membagikan formula yang praktis, penuh hikmah, dan terbukti dengan 9 resep mendidik anak menjadi sholih dan sholihah :
- Orang tua harus paham agama, anak akan meniru, sehingga akan menularkannya
- Niat yang baik, karena Allah, niat untuk menjadikan anak anak paham agama
- Harus sering menasehati (juweh), cerewet, mengingatkan, mendoktrin anak-anak mendorong mereka untuk menjadi mubalegh dan mubaleghot
- Dekat dengan anak, jadi tempat curhat, pendengar yang baik, dan teladan nyata
- Pilih lingkungan & sekolah yang baik, pergaulan menentukan masa depan
- Penuhi kebutuhan sarana & prasarana, untuk keberhasilan mereka
- Perbanyak doa kepada Alloh, terutama doa ibu, yang mustajab
- Tirakat & amalan andalan untuk anak, sedekah, qiamul lail, sesuai kemampuan masing-masing orangtua
- Mendidik anak ini proses panjang, bisa sampai belasan bahkan puluhan tahun. Harus Sabar, telaten, konsisten
Ahmad Bagyo selaku ketua panitia menyampaikan, “Kita hadir bukan hanya sebagai peserta, tapi sebagai orang tua yang ingin terus belajar. Karena mendidik anak adalah amanah terbesar dari Allah.” Acara ini merupakan bagian dari pembinaan generasi penerus, yang dimulai sejak dini, dari anak-anak usia dini, hingga remaja dan dewasa muda. Dengan dinamika jamaah yang semakin muda dan beragam kebutuhan, LDII terus berinovasi dengan melaksanakan pengajian berbasis usia, agar pendidikan agama bisa lebih tepat sasaran.
Pesan Agus yang disampaikan dalam seminar ini, begitu mengguggah hati, “komunikasi adalah kunci. Tanpa komunikasi, tidak akan ada hubungan. Tanpa hubungan, tidak akan ada pengaruh.” Seminar ini bukan sekadar acara, tapi gerakan kesadaran. Bahwa setiap orang tua adalah guru pertama dan utama. Setiap rumah adalah madrasah pertama. Dan setiap doa yang dipanjatkan untuk anak, adalah benih yang akan tumbuh di taman surga.
Terima kasih kepada seluruh panitia, peserta, dan terutama “Ayah Agus Kurniawan” yang dengan rendah hati berbagi ilmu dan pengalaman. Semoga Allah berkahi usaha kita dalam membina generasi qur’ani, berakhlak luhur, dan siap menjadi pemimpin masa depan.
Tim Redaksi: Budi Setiadi (Reporter) / Ruli Jordan (Fotografer) / Gina Nur Rahma Gustiani (Editor)