Bogor, 10/09/2025 — Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, Jalan Dadap Nomor 3, Bogor, Majelis Taklim Baitul Makmur, selama tiga hari, 5 hingga 7 September 2025 terjadi proses pembelajaran yang tidak sekadar mengisi pikiran, tetapi menyentuh hati dan menyucikan jiwa. Pengkajian Ilmu Thoharoh ini diadakan atas kerja sama DK Majelis Taklim Baitul Makmur dengan PC LDII Kemang
Dengan rentang waktu dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, majelis ini menjadi ruang sakral bagi peserta dari berbagai usia, remaja, muda-mudi, hingga orang tua yang berkumpul untuk mencari pemahaman yang sesuai dengan contoh dan ucapan Rasulullah, agar ibadah mereka diterima oleh Allah SWT.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia, H. Kristiawan, menyampaikan dengan nada penuh syukur dan khidmat, “Acara ini adalah ikhtiar bersama untuk memperdalam ilmu agama, khususnya ilmu thoharoh, ilmu tentang bersuci. Karena sesungguhnya, tanpa thoharoh yang benar, salat kita tidak sah, ibadah kita tidak diterima.”

Kata-katanya mengingatkan kita pada firman Allah dalam Quran Surah Al-Maidah ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, usaplah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki…” Ayat ini bukan sekadar tuntunan teknis, tapi panggilan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin sebelum berdiri di hadapan-Nya.
Thoharoh, kata H. Kristiawan, bukan hanya soal membersihkan badan, pakaian, atau tempat. Ia adalah gerbang pertama menuju kualitas ibadah yang khusyuk dan diterima. Ia adalah benteng dari hadas dan najis, dua hal yang bisa merusak keberlangsungan hubungan kita dengan Allah. Kami mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pemateri yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan ilmunya untuk membimbing kita dalam acara ini, yaitu H. Rudi Abdillah, H. Widarmawan, dan Ust. Anwar.
Enam Intisari Thoharoh dari Sunnah Rasulullah
Dalam sesi utama kajian, H. Rudi Abdillah tampil membawakan intisari hadist-hadist sahih tentang thoharoh dengan gaya yang lugas, ringkas, namun penuh hikmah. Berikut enam pesan utama yang beliau sampaikan:
- Thoharoh adalah kunci sahnya ibadah, terutama salat.
Tanpa bersuci, salat tidak sah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Tidak diterima salat seseorang yang berhadas hingga ia berwudu.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Air adalah alat bersuci utama.
Dalam Islam, air suci dan mensucikan. Allah berfirman: “Dan menurunkan dari langit air yang suci untuk menyucikan kamu.” (QS. Al-Furqan: 48) - Wudu menghapus dosa-dosa kecil.
Setiap anggota tubuh yang dibasuh dalam wudu, akan terlepas dosa yang melekat padanya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila seorang muslim (atau mukmin) berwudu, maka dosa-dosa akan terlepas dari ujung jari-jemarinya bersama tetesan air.” (HR. Muslim) - Tayamum dibolehkan saat air tidak tersedia atau karena uzur.
Islam adalah agama yang mudah. Bila air tak ada atau kondisi fisik tak memungkinkan, tayamum menjadi solusi. “Tanah adalah bersih bagimu, maka cukupkanlah dengan itu.” (QS. An-Nisa: 43) - Najis harus dibersihkan sesuai jenis dan tingkatannya.
Tidak semua najis sama. Ada yang ringan, sedang, dan berat. Mengenal jenis najis seperti air kencing, darah, babi, anjing dan cara mensucikannya adalah bagian dari tanggung jawab keimanan. - Menjaga kebersihan dan kesucian adalah bagian dari iman.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Bersuci adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim)
Kebersihan bukan hanya soal estetika, tapi soal ketaatan. Ia mencerminkan kerapian hati, ketertiban ruhani, dan kesiapan untuk beribadah.
Setiap peserta diajarkan secara praktis:
- Cara wudu yang benar sesuai sunah,
- Bagaimana menghindari najis dalam keseharian,
- Tata cara bersuci saat sakit atau bepergian,
- Dan pentingnya menjaga kebersihan pakaian serta tempat ibadah.
Di akhir kajian, panitia tak lupa mengungkapkan rasa syukur yang mendalam, “Terima kasih kepada semua pihak, ustaz, peserta, donatur, dan pengurus majelis yang telah mendukung terselenggaranya kajian ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dengan limpahan rahmat.”
Agar ilmu yang didapat tidak berhenti di kepala, tapi turun ke hati, lalu terwujud dalam tindakan. Agar setiap tetes air wudu yang mengalir, menjadi saksi kesungguhan kita dalam menyucikan diri bukan hanya untuk salat, tapi untuk hidup yang lebih bermakna.

Di tengah zaman yang serba cepat, kadang kita lupa pada hal-hal yang paling mendasar. Kita terburu-buru salat, tanpa memastikan diri dalam keadaan suci. Kita menghafal doa, tapi lupa makna di balik basuhan air ke wajah dan tangan.
Kajian Thoharoh di Majelis Baitul Makmur ini adalah pengingat lembut, bahwa ibadah yang sempurna dimulai dari kesucian yang benar. Bukan sekadar ritual, tapi perwujudan iman yang hidup.
Semoga Allah menjadikan setiap langkah ke majelis ilmu ini sebagai amal jariah. Dan semoga kita semua yang membaca, yang hadir, yang mendukung diberi kemudahan untuk menjaga thoharoh, menyempurnakan ibadah, dan mendekat pada-Nya dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Tim Redaksi: Budi Setiadi Sadikin (Penulis) / Gina Nur Rahma Gustiani (Editor)
Foto Istimewa



































