Bogor, 24 Juni 2025 – Ratusan pesepeda dari berbagai penjuru Jabodetabek, Bandung, dan Cianjur tumpah ruah di halaman Masjid Baitul Lu’lu’i, Kecamatan Bogor Barat, untuk mengikuti Gowes Silaturahim yang diinisiasi oleh Mbahman Gowes Sejagat (MGS). Bukan sekadar ajang kumpul komunitas, kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 22 Juni 2025 ini menjadi medan ujian bagi mereka yang siap menaklukkan tantangan legendaris, Tanjakan Demit.
Dengan jumlah anggota mencapai 1.500 orang di lebih dari 50 Korwil se-Indonesia, MGS tak hanya hadir sebagai komunitas sepeda, melainkan sebagai motor penggerak silaturahim dan gaya hidup sehat. Kegiatan ini mengusung empat misi utama:
• Mempererat hubungan antaranggota MGS se-Jabodetabekten.
• Mendorong masyarakat menjalani hidup sehat melalui bersepeda.
• Memperkenalkan MGS ke khalayak luas.
• Memberikan apresiasi kepada para pesepeda yang berhasil menaklukkan Tanjakan Demit.
Tanjakan Demit, atau Tanjakan Sengked, adalah jalur ekstrem di kawasan Ciomas, Bogor, dengan panjang 700–1000 meter, kemiringan hingga 30 derajat, dan gradien 17%. Diperlukan kekuatan kaki, teknik gowes mumpuni, dan kontrol napas maksimal agar bisa menyelesaikannya tanpa turun kaki.
“Napas bisa putus di tengah tanjakan, kepala pusing, mata berkunang-kunang. Tapi semua terbayar dengan pemandangan Kota Bogor dari atas,” ujar salah satu peserta.
Panitia membagi pencapaian peserta menjadi tiga level:
- Conqueror – Lolos tanjakan tanpa turun kaki.
- Finisher – Sempat berhenti atau turun, tapi berhasil gowes sampai puncak.
- TTB (Tuntun Terus Bro) – Menuntun sepeda sepanjang tanjakan.

Daftar “Conqueror” yang Tercatat oleh Panitia:
- Anto S. (Bogor)
- Dany (Bogor)
- F. Luthfi (Bogor)
- Junaedi (Bogor)
- Sukar (Bogor)
- Rafi (Bandung)
- Asep Sumpena (Bogor)
- Miko (Jakarta Utara)
- Hadi Iskandar (Bogor)
- Insan Lutfi Habibi (Bogor)
- Yayan (Bogor)
- Rio Abdul Jabbar (Bogor)
- Fauzan Abrori (Bogor)
Yan Adjie, salah satu peserta, mengungkapkan betapa beratnya tanjakan tersebut meski hanya dituntun, “Naik saja berat, apalagi sambil dorong sepeda. Tapi suasana sangat seru, semua semangat. Tapi begitu sampai atas dan lihat panorama Kota Bogor, semua terbayar,” tim panitia juga sigap, mulai dari ban bocor hingga rantai putus bisa cepat teratasi, pungkasnya.
Di balik peluh dan detak jantung yang memuncak, ada cerita kebersamaan. Supri, peserta dari Bogor, mengisahkan pengalaman nyasar karena sok tahu arah. “Saya sempat nyalip pasangan suami istri, tapi malah salah belok. Akhirnya mereka jauh di depan saya. Momen ini jadi pelajaran soal pentingnya kerendahan hati, bahkan saat bersepeda,” katanya sambil tertawa.
Keberhasilan acara ini tak lepas dari peran solid panitia yang sigap mengatasi insiden kecil seperti ban bocor hingga rantai putus. Di sepanjang rute, para peserta juga saling menyemangati, menunjukkan semangat solidaritas tinggi. Silaturahim, peluh, dan semangat juang berpadu dalam satu kayuhan. Penaklukan Tanjakan Demit bukan sekadar pencapaian fisik, tetapi lambang dari tekad, kebersamaan, dan semangat hidup sehat yang kini menjadi ciri khas komunitas MGS.
Tim Redaksi: Budi Setiadi (Peliput), Mohammad Fadhil Adinugroho (Fotografer) / Gina Nur Rahma Gustiani (Editor)
Bojoqu gagal rek